“Aku berharap… Agar bisa melihat wajah dongsaeng ku ini. Satu kali saja aku sangat ingin melihat secara langsung wajah mu, Kyu.”
.
Harapanmu terkabul, hyung. Apa kau menyadarinya? Baru saja kita bertatapan langsung, seperti harapanmu. Sungguh, aku sangat bahagia. Melihat seorang Lee Donghae yang hebat dan kuat itu berdiri di hadapanku lagi.
Bukankah ini membuktikan bahwa harapan yang kuat akan terkabul walau kita tidak tahu kapan waktunya. Hanya tetap percaya dan tidak bosan berharap.
.
.
.
BROTHER’S BOND
-No one can destroy the brother’s bond-
.
.
Happy Reading!!
.
Kibum melepaskan kacamata bacanya lalu memijat pelan pelipisnya yang terasa berdenyut. Punggungnya bersandar lelah di sandaran sofa. Matanya memandang tumpukan kertas yang berserakan di meja dengan tatapan lelah dan malas. Sudah sekitar 3 jam, dia menekuni setiap kertas itu. Mengecek dan meneliti setiap berkas yang ada. Sesekali dia fokus pada laptopnya, membuat bahan meeting untuk esok hari.
Sibuk… Ya, Kibum terlihat begitu sibuk. Hampir setiap hari dia akan bertemu dengan tumpukan berkas-berkas penting sebagai tanggung jawabnya atas pekerjaannya sebagai seorang tangan kanan.
Beberapa saat mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah, Kibum bangkit dari duduknya. Berjalan sedikit lunglai menuju dapur apartemen mewah itu. Mengambil sekaleng soda dingin yang mungkin bisa menyegarkan dirinya.
BRAK! Continue reading